Minggu, 28 Agustus 2011

EDDY YUSUF SI KIDAL



   Sosok Eddy Yusuf adalah seorang atlet bulutangkis yang dikenal sebagai orang yang mudah bergaul dan mudah melucu. Dia juga akan merasa ada yang kurang bila tidak mengomentari perbulutangkisan nasional sehingga ia kerap dijadikan komentator bila ada pertandingan berlangsung.
Beliau adalah salah satu pemain legendaries Jabar ketika olahraga ini mencapai puncak kesuksesan yang tinggi di tanah air sehabis PD II, di awal 1950an. Dengan tangannya yang kidal ia muncul sebagai andalan Jabar bersamaan dengan seniornya Kusumayadi (Bogor) dan Olich Solichin (Tasikmalaya) dan sempat satu tim dengan juniornya Tan Joe Hok.
Empat bulan sebelumnya ia berhasil menundukkan Ferry Sonneville, yang saat itu pemain terbaik Jawa 1950. Ferry dan Eddy bertemu lagi di Kejurnas 1952 dan Ferry menang. Keduanya merupakan pemain tunggal terbaik Indonesia saat itu. Kehebatannya membuat ia sering bertanding ke luar negeri dan paling sering ke Malaysia, Singapura dan India.
Namun, menurut catatan dia jarang berhasil mendapatkan juara. Di kota Luchknow, India, 1955 misalnya. Dia kalah melawan tuan rumah TN.Seth, sementara dalam final di Selangor, Malaysia dia dikalahkan rekan sendiri Tan Joe Hok. 1954-1955 dia berhasil tampil sebagai juara nasional. 1960 dia berhasil menjadi juara Indonesia Terbuka dengan mengalahkan Lio Po Djian, di final.
Di ajang Piala Thomas. 2 kali ia tampil sebagai pemain tunggal, yaitu saat Indonesia memperebutkannya tahun 1958 dan mempertahankanya di Jakarta tahun 1961. Di Singapura dia menyumbang angka dengan mengalahkan tunggal ketiga Malaysia, Abudllah Piruz, yang menjadikan Indonesia leading 6-1 atas juara bertahan.
Peran besar Eddy muncul di Jakarta tiga tahun kemudian saat Indonesia ditantang Thailand di final, 10-11 Juni 1961. Di hari kedua, partai kelima mempertemukan Eddy dengan Naron Bornchima. Eddy yang mendapat beban mental saat itu karena harus menang untuk mengamankan posisi harus berjuang keras di set pertama untuk menang 18-14, tapi di game kedua dia bias lebih tenang hinnga menang lebih mudah 15-7. Sanking gembiranya, Eddy pun langsung melemparkan raketnya ke udara dan menjatuhkan tubuhnya di lapangan sambil menangis karena berhasil melewati rintangan yang luar biasa berat. Indonesia pun memimpin dengan 3-2 dan akhirnya merebut 2 partai lewat Joe Hok dan Ferry, sehingga Indonesia mempertahankan Piala Thomas dengan skor 5-2. Inilah penampilan terbaik Eddy bagi Negara, yang membuat dia menerima Satya Lencana Kebudayaan pada tahun 1961 dan Bintang Jasa RI kelas II tahun 1964.
Setelah berhenti main, Eddy sempat menjadi pelatih dan Pembina klub Pelita Jaya milik Aburizal Bakrie, selain itu, ia juga berkali-kali masuk dalam pengurus maupun Pelatnas.
Namun, kini beliau telah meninggal karena kanker usus. Beliau meninggal tanggal 15 Maret 2003 di Jakarta.                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources