Verawati, kelahiran Jakarta 1 Oktober 1957 ini merupakan pemain putri Indonesia pertama yang merebut gelar dunia, yaitu saat pertandingan yang diadakan di Jakarta pada tahun 1980, setelah di final dia menang atas rekan senegaranya juga, Ivanna Lie. Saat itu, perbulutangkisan putri dikuasai para pemain Jepang, China, dan Eropa khususnya Denmark melalui Lene Koppen.
Sulit mengira Indonesia akan menciptakan All Indonesian Final. Prestasi fenomenalnya itu baru bisa diulang oleh Susi Susanti tahun 1993. Tetapi, bukan kemenangan itu yang memberikan kesan mendalam bagi Vera, begitu dia biasa dipanggil. “Yang sangat berkesan justru waktu menjadi juara Asian Games 1978, karena kami mengalahkan pasangan China (Chiu Yu Fang/Chen Hui Ming) yang ditakuti lawan”, kata Vera yang saat itu berpasangan dengan Imelda Wiguna Kurniawan.
Kesan mendalam saat bertolak menuju Bangkok, Verawaty sedang terkena serangan flu. Sementara kondisi cuaca di kota itu sedang tidak bagus. Udara di luar sangat panas sementara di penginapan dingin karena AC. Belum pulihnya kesehatan Verawati membuat ia tidak bermain di nomor tunggal dan juga tidak diturunkan di nomor beregu. Setiap hari dia wajib minum telor mentah dan madu. Selain itu, harus mendapat pengobatan dokter. “Pokoknya, pantat saya kiri dan kanan habis deh disuntik sama dokter Sadoso,”kenangnya.
Karena perawatan itu, saat bermain di ganda putri, tubunya sudah dalam kondisi fit dan siap bermain. Tidak sia-sia, bulutangkis Indonesia akhirnya memboyong empat medali emas, tiga lainnya dari Liem Swie King, Christian Hadinata/Ade Chandra, dan beregu putra. Dua tahun sebelumnya, dalam kejuaraan yang diadakan Konfederasi Badminton Asia di Bangkok untuk menandai kembalinya China ke dalam organisasi dunia, Verawati sudah berhadapan dengan pemain negeri “Tirai Bambu” itu. Di semifinal dia mengalahkan Chen Yu Niang, bekas pemain Indonesia yang kembali ke negerinya, China, tetapi menyerah di tangan Liang Chiu Sia (yang akhirnya kembali ke Indonesia) di final. Para pemain China, putra dan putri, mulai bangkit dan mengancam eksistensi Indonesia, sehingga menang. Itu adalah obsesi bagi pemain Indonesia.
Prestasi ganda terbaik Vera adalah bersama Imelda. Mereka meraih juara di All England tahun 1979. Waktu itu, Indonesia tampil perkasa dengan merebut empat gelar. Selain ganda putrid juga Berjaya di tunggal putrid, ganda putra dan ganda campuran.
Vera kecil mulai bermain bulutangkis di rumahnya di Bilangan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, dengan mendapat dukungan besar ayahnya Gani Wihardjo dan ibunya Elsyewati Mualmi yang juga mantan pemain. Dia cepat mencatat prestasi, karena lingkungannya mendukung. Di Kemayoran tinggal Ade Chandra, Alex Taufik, dan keluarganya pun dekat dengan mantan pemain seperti Tan Joe Hok, dan Nurhaena. Dia mulai masuk ke pentas nasional ketika menjadi juara di Kejuaraan Nasional di Medan, tahun 1976 yang diulanginya lagi di Semarang tahun 1978. Tahun 1977, dia menjadi juara PON dengan mengalahkan Taty Sumirah di final.
Vera tergolong pemain yang lama “ngendon” di Pelatnas dan juga masuk dalam Tim Piala Uber, yakni tidak putus sejak tahun 1978 sampai tahun 1990. Setelah emas ganda putri di Asian Games 1978, dia masih mendapat medali perak di Asian Games 1990, yakni di beregu putrid, ganda campuran yang berpasangan dengan Eddy Hartono, dan ganda putrid perunggu bersama Lily Tampi.
Namun, selain berpasangan dengan Lily Tampi, dia juga banyak berpasangan dengan pemain lainnya, seperti, Imelda, Ivana, Rosiana, dan Yanti Kusmiati, yang masing-masing berhasil member gelar di Kejuaraan Internasional maupun Kejuaraan Nasional. Verawati sempat menjadi pelatih di Pelatnas PBSI Cipayung yang menangani tunggal putri selama beberapa tahun yang membuatnya pindah rumah dari Bintaro ke Cipayung. Dia lalu ditugaskan PBSI melatih di SMA Ragunan, yakni melatih atlet bulutangkis lapisan kedua yang diproyeksikan kelak dapat menjadi pemain nasional.
Prestasi
Tunggal Putri
- Juara Kejuaraan Dunia 1980
- Finalis All England Open 1980
- Juara SEA Games 1981
- Juara Indonesia Terbuka 1982
Ganda Putri
- Juara Belanda Terbuka 1977 (Verwaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
- Juara Denmark Terbuka 1977-1978 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
- Medali Emas Asian Games 1978 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
- Juara All England 1979 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
- Juara Kanada Terbuka 1979 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
- Finalis Kejuaraan Dunia 1980 (Verawaty Fajrin/ Imelda Wigoena)
- Medali Emas SEA Games 1981 (Verawaty Fajrin/ Ruth Damayanti)
- Juara Indonesia Terbuka 1986 (Verawaty Fajrin/ Ivanna Lie)
- Juara Cina Terbuka 1986 (Verawaty Fajrin/ Ivanna Lie)
- Juara Taiwan Terbuka 1986 (Verawaty Fajrin/ Ivanna Lie)
- Finalis World Badminton Grand Prix Final 1986 (Verawaty Fajrin/ Ivanna Lie)
- Medali Emas SEA Games 1987 (Verawaty Fajrin/ Rosiana Tendean)
- Juara Indonesia Terbuka 1988 (Verawaty Fajrin/ Yanti Kusmiati)
- Medali Perunggu Asian Games 1990 (Verawaty Fajrin/ Lili Tampi)
Ganda Campuran
- Juara Malaysia Terbuka 1986 (Bobby Ertanto/ Verawaty Fajrin)
- Juara Malaysia Terbuka 1988 (Eddy Hartono/ Verawaty Fajrin)
- Juara Indonesia Terbuka 1989 (Eddy Hartono/ Verawaty Fajrin)
- Juara Belanda Terbuka 1989 (Eddy Hartono/ Verawaty Fajrin)
- Finalis Kejuaraan Dunia 1989 (Eddy Hartono/ Verawaty Fajrin)
- Finalis Asian Games 1990 (Eddy Hartono/ Verawaty Fajrin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar