Dalam soal gelar di tanah air, orang tidak boleh melewatkan ARDY BERNARDUS WIRANATA. Kelahiran Jakarta, 10 Februari 1970 ini bisa disamakan dengan Susi Susanti, karena memegang rekor juara tunggal putra kejuaraan Indonesia Terbuka.
Ardy mengawali pencapaian rekor tahun 1990 di Samarinda mengalahkan Eddy Kurniawan di final, dengan skor 15-10, 15-5. Sebenarnya, Ardy sudah mulai bersinar tahun 1988 ketika menundukkan pemain-pemain elite saat itu. Yang Yang diungguli di Preston, Inggris, pada Carlsberg Classic. Dia kemudian kalah di final dari Morten Frost Hansen. Di tahun 1989 dia belum beruntung di Indonesia Terbuka. Pada babak 16 besar, Ardy menyerah pada Bambang Supriyanto, pemain asal Solo yang naik turun prestasinya. 1990 Ardy mengawali dengan menjadi finalis Taiwan Masters, kalah dari Eddy Kurniawan. Di Jepang Terbuka juga kalah.
Orang pun menganggap, prestasi Ardy sedang menurun. Sebuah tulisan di koran Kompas yang menyemangati Ardy untuk bangkit kembali, yang ternyata Ardy memang bangkit dan di Samarinda adalah lompatan pertamanya. 1991, kekuatan tunggal mulai berubah. Indonesia semakin kuat dengan semakin matangnya para pemain muda. Sedangkan China mulai berkurang. Apalagi dua pemain mereka, Yang Yang dan Xiong Guobao, mengundurkan diri. Ardy menjadi juara Jepang Terbuka yang diulanginya tahun 1992-1994 dengan mengalahkan Wu Wenkai.
Ia pun naik peringkat, ke posisi dua. Sama dengan Susi Susanti. Keduanya juga juara di Swedia Terbuka. Langkah besar juga dicapai di All England. Namun, ada kalanya mereka berdua tidak juara. Mereka pernah kalah di Kejuaraan Dunia di Copenhagen. Ardy kalah dari Zhao Jianhua di semifinal, begitu juga Susi. Yang ke final adalah Alan Budi Kusuma dan Sarwendah Kusumawardhani. Namun keduanya gagal ke final.
Gelar juara Indonesia Terbuka didapatnya tahun 1992 di Semarang. Ini juga sebuah hiburan karena dua bulan sebelumnya dia gagal merebut medali emas Olimpiade Barcelona, dikalahkan Alan Budikusuma.
Kekecewaan besar bagi Ardy adalah pertarungan di semifinal melawan Thomas Steue Lauridsen dari Denmark yang sangat menguras tenaganya, sehingga di final, Ardy tidak berdaya.
Usaha Ardy untuk mencetak 4 kali juara Indonesia Terbuka ternyata tidak berhasil. 1993, Alan yang kemudian menjadi juara, dengan skor 15-11, 15-13 di semifinal. Baru tahun berikutnya di Gedung Among Raga, Yogyakarta, Ardy mengukir rekor, melampaui rekor Icuk Sugiarto.
Tahun berikutnya di All England, ia hanya menjadi finalis karena dikalahkan Haryanto Arbi. Namun, dia sukses mengantar Indonesia menjadi perebut Piala Thomas. Sebagai tunggal ketiga dia menang atas Ong Ewe Hock dan mengantar Indonesia menang 3-0 atas Malaysia. Di Indonesia Terbuka pada tahun yang sama juga, ia menang lagi atas Joko Suprianto dalam kejuaraan di Istora Senayan. Tahun 1995, dia menang lagi atas Joko. Dia pun menjadi pemegang rekor, lima kali juara.
Di gedung olahraga Bhineka, Solo, Ardy kemudian mengukir rekor enam kali juara Indonesia Terbuka, dengan lawan yang lebih muda, Marlev Mainaky.
Permainan Ardy sudah tidak semenarik ketika umurnya masih sekitar 20 tahun. Pada usia itu, permainan bungsu dari empat anak-anak keluarga Leo Wiranata dan Paula Maria Suryani ini membuat penonton bergembira. Semangat juangnya sangat tinggi, bola dikejar kemana pun menuju. Jatuh bangun menjadi pemandangan biasa ketika ia bertanding. Ardy memang mengembangkan permainan bertahan yang membuat lawan kehabisan nafas.
Ia mulai menyenangi bulutangkis ketika menonton pertandingan 17 Agustusan bersama kedua orangtua dan saudara-saudara yang lain. Dia kemudian masuk ke klub PG 16. Ketika mulai bersinar, Ardy dimasukkan ke klub yang pembinaanya lebih terarah, Djarum. Tahun 1987, pada usia 17 tahun, dia menjadi juara di Invitasi Dunia Yunior Bimantara. Lalu 1988 menggegerkan China dengan mengalahkan Zhao Jianhua. Gelar juara China Terbuka sendiri baru didapatnya setahun kemudian.
Ia mundur awal tahun 1998. Bersama dengan Lisa Tamsil, isrinya, Ardy menuju Amerika Serikat, menjadi pelatih sekaligus main. Sambil membawa para pemainnya, dia turun di Swedia Terbuka, All England, dan Swiss Terbuka 1998. Tahun 1999, dia masih ikut kejuaraan dunia, yang bermain di sektor tunggal dan ganda. Lalu, ia pun pindah ke Kanada dan tinggal di sana sampai sekarang.
Beberapa Prestasi Ardy B Wiranata :
- Juara Indonesia Terbuka 6 kali (1990, 1991, 1992, 1994, 1995, dan 1997)
- Medali Perak Olimpiade Barcelona 1992
- Juara All England 1991
- Juara Malaysia Terbuka 1993
- Juara Jepang Terbuka 3 kali (1991, 1992, dan 1994)
- Juara Korea Terbuka 1994
- Juara Singapura Terbuka 1994
- Juara Taiwan Terbuka 1992
- Juara Swedia Terbuka 1991 dan 1997
- Juara Piala Thomas 1994 dan 1996 (Tim Piala Thomas Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar