Lius Pongoh, atlet bulutangkis kelahiran Jakarta 3 Desember 1960, merupakan pemain yang mengutamakan daya tahan, kegigihan, dan hati baja. Ia tidak pernah membiarkan kok dari lawannya jatuh di bidang lapangannya. Lawan seperti berhadapan dengan tembok. Lawan merasa yang dipukul bukanlah kok berbulu ayam tetapi bola karet. Hingga kemudian ia dijuluki “Si Bola Karet”.
Lius bisa dikenangkan pada pertandingan Indonesia Terbuka tahun 1984 di Istora Senayan. Lius maju ke perempat final bersama lima pemain Indonesia lain, yaitu Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Hadiyanto, Hastomo Arbie, dan Kurniahu.
Pertarungan Lius vs King ini merupakan ulangan semifinal Idonesia Terbuka 1982. Ketika itu. Lius menang 15-13, 18-13, tetapi kalah di final dari Icuk Sugiarto. Lius yang tak diunggulkan memenangi set pertama dengan 18-15. Namun di set kedua, kalah telak 5-15. Set ketiga dengan galak King terus menerkam Lius dan unggul 14-1. Satu angka lagi, King akan menuju semifinal. Ternyata 1 angka itu sulit diraih King. Lius ngotot mengejar kemana pun bola diarahkan King. Dia pun mulai mengejar angka dan akhirnya menang 15-14. Dia jatuh dilapangan dan menangis. Perjuangannya membuahkan hasil. Di semifinal ia menang dan final juga menang melawan Hastomo Arbi yang menang karena Icuk tidak meneruskan pertandingan di set kedua akibat kelelahan. Di final ia menang 15-5, 10-15, 15-13 dan menjadi juara. “Kemenangan ini buat ibu”kata Luis. Saat itu ibunya sedang dirawat dirumah sakit ketika Luis tampil di kejuaraan itu. Malam sampai larut ia harus menunggui ibunya, lau paginya bertanding.
Perjuangan berat Luis ketika tahun 1982 untuk pertandingan Piala Thomas. Cidera pinggang yang bisa disebut parah, ia harus bermain sebagai tunggal kedua setelah Liem Swie King. Gelar juara berikutnya adalah Taipei Masters.
Ia juga pernah sukses di ganda. Saat masih SMA di Ragunan, dia menjadi runner-up kejuaraan ASEAN di Malaysia bersama Bobby Ertanto. 1981 ikut Jepang Terbuka bersama Christian Hadinata, dia menjadi juara. Itulah prestasi tertinggi ganda yang diraihnya. Ketika tahun berikutnya ikut All England, mereka hanya sampai babak ketiga dikalahkan He Shangquan/Jian Guoliang (Cina).
Anak pertama dari keluarga Darius Pongoh ini mulai menganyun raket pada usia 3 tahun, karena ayahnya seorang pelatih. Usia 6 tahun sudah dimasukkan klub Anggara dan pada umur 9 tahun, sudah masuk PB Bulutangkis. Usia 19 tahun, dia masuk Pelatnas dan memperkuat tim Piala Thomas tahun 1989. Berhenti bermain bulutangkis, dia mulai mencoba dunia bisnis. Lalu berbagai bidang diterjuninya, mulai dari asuransi sampai ikut mertua “bekerja untuk Tuhan”. Ditempat terakhir ini tampaknya dia sudah pas.
“Geger” tahun 1982 bulan Oktober ketika dia minum racun serangga dan harus dirawat di rumah sakit sudah dilupakan benar. Peristiwa itu dianggapnya sebagai perbuatan yang bodoh. Katanya, “Saya juga bingung kenapa bisa begitu". Dan dari dua kali pernikahan dia mendapat 4 anak yang semuanya laki-laki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar