Minggu, 12 Februari 2012

KARTONO, HERYANTO, DAN ADE CHANDRA MULANYA MEMPUNYAI PASANGAN MASING-MASING

ADE CHANDRA


Era 1970-an hingga 1980-an adalah masa dimana Indonesia tidak pernah kehabisan pemain bulutangkis berbakat. Akibatnya, seleksi masuk  tim nasional sangat ketat. Bila sedikit saja lengah dalam prestasi, akibatnya bisa merugikan diri sendiri. Karena itulah, bayak pemain ganda menemukan pasangan terbaiknya justru di Pelatnas.
Salah satu contohnya adalah Tjuntjun dan Johan, semula mempunyai pasangan sendiri-sendiri. Stanley Gowlah, salah seorang pelatih di Pelatnas yang memasangkan kedunya. Ternyata hasilnya mencapai prestasi tinggi. Begitu juga dengan Christian dan Ade Chandra. Christian semula berpasangan dengan Atik  Djauhari ketika masuk Pelatnas. Tapi ada suatu kecelakaan yang membuat mata Atik terkena smes hingga cedera, padahal mereka harus terjun kejuaraan Asia. Dicarilah  pemain yang cocok, maka ketemulah Ade Chandra.
Pasangan Hariamanto Kartono dan Heryanto  sama juga. Kartono datang ke Pelatnas karena menjadi juara nasional ganda putra bersama Liem Swie King. Mereka juara PON tahun 1977. Di Pelatnas, Kartono lebih banyak ditinggalkan oleh pasangannya yang bermain tunggal. Karena itu dicarilah partnernya yang baru, dan ternyata ia bertemu dengan Heryanto. Heryanto sendiri datang ke Pelatnas sebagai pemain ganda yang berpasangan dengan Nara Sudjana, kakak dari Iie Sumirat. Namun Nara ternyata tidak jadi datang. Kaena sering ‘menganggur” dicarikannlah partnernya. Dari situlah Kartono/Heryanto menjadi pemain ganda bersama dan dapat meraih prestasi yang tinggi. “Christian yang memasangkan kami”, kata Heryanto.
Ada juga pemain yang sepenuhnya “bergantung” kepada pasangannya. Dia adalah Ade Chandra. Pemain gempal yang biasa bergurau ini lebih digantungkan kepada Christian. Meski peranannya besar sebagai tukang gebuk tetapi dia hanya bisa berprestasi tinggi dengan Christian, sementara Christian sendiri bisa dipasangkan dengan siapa saja.
Ade merupakan satu-satunya pemain yang “asli Jakarta”. Baik dalam berbicara, bergaul, maupun berbicara dia benar-benar orang Jakarta. Dia memang kelahiran Keayoran tanggal 5 Februari 1950. Dia mulai bermain bulutangkis di usia 13 tahun dan mulai meningkat setelah bergabung dengan Klub Garuda Emas setelah itu pindah ke Tangkas. Dia lebih unggul di sektor ganda dibandingkan  di sector tunggal, apalagi sanigan di  tunggal  banyak sekali.
Begitulah Ade mendapat pasangan Christian setelah  Atik Djauhari  tidak bisa lagi dengan Christian karena matanya terkena smesh. Ade pun mulai menuai prestasi-prestasi besar. Antara lain dengan menjadi juara All England, juara dunia, dan lebih mengesankan lagi adalah Juara Invistasi Asia di Bangkok tahun 1976. Saat itu bersama Christian, Ade mengalahkan pemain Cina. Ade juga sempat memukau saat bersama Tjuntjun di kejuaraan  Asia  di Hyderabad. Selain itu ia juga ikut di iala Thomas. Tiga kali ia menjadi pendukung yan mempertahankan Piala Thomas tahun 1973, 1976, dan 1979. Dia memang fanatik pada bulutangkis.
“Pokoknya  tidak bisa main untuk nasional, main untuk Jakarta pun tidak apa-apa. Habis bulutangkis sudah terlanjur kecintaan saya,” katanya. Pernyataanya ini dikemukakannya setelah beberapa kali dia kecewa karena tidak dipanggil lagi ke Pelatnas. Perjalanan Ade tidak selalu mulus. Dua kali dia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tidak bisa bermain untuk beberapa saat.
Bersama Margaretha Widjaya, Ade membina rumah tangga. Ade kini menekuni bisnis minyak pelumas bersama Rudy Hartono.
Pemain lain yang hanya sukses di ganda adalah Johan Wahjudi, pasangan Tjutjun. Keduanya dipasangkan Stanley Gouw awal tahun 1970 –an  dan kemudian cocok serta mengantar pasangan ini  ke berbagai gelar dunia. Juara dunia 1977, juara All Englad 6 kali adalah dua diantara banyak prestasi tinggi  Johan Wahjudi bersama Tjuntjun. Meskipun bagai tanah liat saat berada di lapangan tapi dalam sehari-hari kedua pemain ini bisa dikatakan “bagai minyak dan air”.
Ada saja yang mengganjal dan menjadi persoalan di antara keduanya. Pernah pada masa janyanya pasangan ini, Tjuntjun ingin berpisah karena ada urusan yang mengganjal di antara mereka. Tjuntjun ingin dipasangkan dengan Christian dan sudah ada dorongan dari daerahnya masing-masing, Jawa Barat.
Beruntung kemudian ada kesempatan baru yang membawa mereka tetap satu pasangan. Kalau tidak dengan Tjuntjun, memang tidak ada pemain lain yang bisa berpasangan dengan Johan. Ini terbukti di tahun 1980 ketika kejuaraan Dunia dilaksanakan di Jakarta, dia tidak bisa main karena Tjuntjun sakit. Johan Wahjudi sendiri mengaku hanya sukses dibulutangkis.




























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources