Senin, 06 Februari 2012

KISAH LIEM SWIE KING


Pasti tau kan siapa Liem Swie King? Apalagi pecinta bulutangkis.  Beliau merupakan mantan pebulutangkis Indonesia yang sangat dibanggakan setelah Rudi Hartono.
Kali ini admin akan memuat kisah perjalanan hidup beliau, mulai dari kecil samapai bisa menjadi pebulutangkis yang sangat dihormati. 


Masa kecil Liem Swie King yang lahir di Kudus tahun 1956 diwarnai kisah yang lucu. Ia merupakan anak ketujuh dari delapan orang bersaudara. Apakah Anda tahu? Liem Swie  King merupakan satu-satunya anak laki-laki dalam keluarganya. Sebenarnya, ia mempunyai kakak sulung yang bernama Liem Ming King. Tetapi, Ming meninggal dunia pada usia 17 tahun dalam perjalanan Kudus-Semarang. Saat itu, King masih berusia 2 tahun.
Menurut cerita kakak-kakanya, saat usia tiga tahun King kecil sering sakit panas, pilek, dan batuk. Kakaknya yang bernama Megah Idawati sering menggendongnya untuk dibawa ke mantri Suntik.
Kakak-kakaknya juga bercerita bahwa sewaktu kecil, King bukan anak yang manja namun yang mandiri. Saat sekolah di TK dan SD kelas IV, King kecil bersekolah di Sekolah Tionghoa. Tapi, saat duduk di SD kelas IV tahun 1956, sekolah itu ditutup dan akhirnya King kecil pindah ke SD Negeri Dema’an II, yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah King, tidak jauh dari Masjid Agung Kudus di tengah kota.
Teman-temannya di SD tidak mengenakan sepatu sehingga King kecil pun ikut tidak memakai sepatu. Setiap hari King kecil berjalan kaki tanpa sepatu ke sekolah. 


King kecil paling suka bermain layangan bersama tetangga yang seumurannya. Ia naik ke atap rumah dan meminta adik bungsunya, Megah Linawati untuk memegang benang gelasan. Disiang bolong, King kecil menggunakan kacamata hitam untuk bermain layang-layang.
King kecil sering bandel apabila disuruh orangtuanya untuk tidur. Seringkali ia pura-pura tidur. Tetapi, setelah melihat mamanya tidur, ia diam-diam keluar dan naik atap rumah untuk bermain layang-layang.
Saat usia 10 tahun, King pernah dioperasi amandel. Saat amandelnya belum diambil, ia sering sakit panas dan batuk. Namun setelah diambil, fisiknya pun mulai membaik.
Karena ia satu-satunya anak pria dalam keluarganya, ia sering dimanja. Misalnya, dalam jatah makanan. Kalau kakak-kakaknya mendapat jatah telur separuh, ia mendapat jatah satu.
Sehari-harinya, King kecil memang pendiam. Hal ini kemungkinan karena kakaknya semua perempuan dan mereka tidak suka keluar rumah. King kecil dikira sombong karena sifatnya yang pendiam.
Ayah King gemar bermain bulutangkis. Ayahnya memang bukan pemain professional, tapi ayahnya mengerti teknik bermain dengan benar. Ayahnya lah yang mendorong kakanya Ming untuk menjadi juara bulutangkis. Ming merupakan juara bulutangkis Jawa Tengah di era Tan Joe Hok. 


Akan tetapi, setelah Ming meninggal dunia, ayahnya mendorong kakak perempuannya, Megah Inawati dan Megah Idawati untuk terjun dalam dunia bulutangkis. Kedua kakaknya itu pernah memperkuat tim putrid Indonesia dalam Piala Uber  tahun 1964. Sedangkan Megah  Laniawati pemain tingkat Jawa Tengah.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources